Sabtu, Februari 13, 2010

UNGKAPAN H. AHMAD SHOLEH AL- ASHAR KADES PUTAT LOR



Oleh:

H. A. Sholeh Al-Ashar [1]


Saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi Cawabup apalagi Cabup. Sebab menjadi Kepala Desa saja sudah sangat bersyukur bisa berbuat kepada rakyat sekalipun itu skupnya sangat kecil. Karena kalau melihat latar belakang keluarga saya sama sekali tidak ada tanda-tanda untuk menjadi Kepala Desa apalagi sebagai Calon Wakil Bupati Malang yang nota bena merupakan orang nomor dua di Kabupaten Malang seperti yang rame dibicarakan oleh masyarakat banyak, terlebih saya adalah orang terbelakang yang terlahir dari keluarga petani. Tapi ini mungkin berkat dari para guru saya yang sangat saya hormati. Beliau adalah al-Ustadz Hafid Muhtar (Alm) dan KH. Ubaidillah yang kemudian bisa menghantarkan saya masuk ke Pondok Pesantren PPAI Ketapang Kepanjen Kabupaten Malang. Untuk mencukupi kebutuhan saya di Pondok Pesantren PPAI Ketapang Kepanjen, orang tua saya harus banting tulang hanya berharap agar sang anak bisa mengaji dan bermanfaat pada masyarakat. Pada zaman dulu harapan ini adalah cita-cita sederhana yang dimiliki bagi semua orang tua yang memondokkan anaknya kepesantren, tidak lebih. Pondok Pesantren PPAI Ketapang itulah saya dibina, digembleng dan dibesarkan oleh sang guru besar KH. Cholidul Azhar (Alm) atau yang akrab di panggil Gus Cholid yang merupakan Pengasuh dari Pondok Pesantren PPAI Ketapang.


Mengenai opini yang berkembang di tengah masyarakat Kabupaten Malang terkait pencalonan saya sebagai Calon Wakil Bupati, terus terang hal itu sangat mengagetkan saya, sebab hal itu belum pernah terlintas apalagi terpikirkan untuk melangkah jauh kesana. Bagi saya, jabatan Calon Wakil Bupati Malang terlalu besar, ibarat baju sehingga kelihatannya kurang pantas untuk saya pakai. Terkadang saya bingung harus menjawab apa ketika ditanya oleh masyarakat saat saya mengisi pengajian diberbagai pelosok desa di Kabupaten Malang, belum lagi banyaknya para tokoh, Kyai, teman-teman bisnis, Sahabat-sahabat Ansor, Ketua Pengurus Wilayah Peduli Rakyat Tani Indonesia (PRTI) Jawa Timur dan Ketua Umum Ikatan Alumni Pondok Pesantren Miftahul Ulum (IKAPMI) Malang yang datang kerumah hanya sekedar untuk menanyakan kebenaran dan kesiapan saya untuk jadi Calon Wakil Bupati Malang. Bahkan GM PG Krebet Baru juga menanyakan hal yang sama terkait opini yang berkembang dimasyarakat. Dengan terpaksa saya harus menjawab opini yang berkembang terkait keberadaan saya yang akan jadi Calon Wakil Bupati Malang bahwa semua itu terjadi tanpa ada komando atau gerakan sistematis yang lazim dalam dunia politik, seperti adanya Tim Sukses. Sehari-hari saya ya biasa menjalankan aktivitas di Krebet sebagai anggota Tim 9, melayani masyarakat sebagai Kepala Desa Putat Lor, ngurusin program Triwulan Ansor Gondanglegi dan mengisi pengajian rutin keberbagai kecamatan dan desa di Kabupaten Malang. Untuk itu, terkait opini bahwa saya akan dicalonkan sebagai Calon Wakil Bupati Malang saya pasrahkan pada masyarakat sebagai pemegang hak prerogative demokrasi. Karena jabatan itu tidak bisa dikejar tanpa ada amanat dari rakyat dan Ridlo Allah. Akan tetapi kalau para kyai, ulama’ tokoh dan masyarakat mengingikan saya untuk dicalonkan sebagai Calon Wakil Bupati Malang dengan ke rendahan hati dan Ridlo Allah saya siap menjadi penyambung lidah sebagai jembatan untuk mewujudkan impian dan harapan masyarakat pada saya. Saya ingin mencoba meneladani sifat ke-santri-an sang Maha Guru Bangsa dan Tokoh Pluralisme KH. Abdurahman Wahid Al-Dakhil ( Gus Dur ) yang selalu siap disuruh apapun bila yang menghendaki para kyai, ulama’ dan masyarakat, termasuk dicalaonkan menjadi Calon Wakil Bupati Malang.

Ada pesan dari guru saya yang sangat substantive, beliau berpesan:

Koen nyambut gaweo seng temenan, mari ngono berjuango seng temenan.

Pesan tersebut sangat melekat sehingga apa yang saya perbuat di masyarakat tidak ada tendensi apapun kecuali karena terinspirasi dari pasan sang maha guru saya diatas. Sekarang yang penting saya bekerja dan berjuang, jadi apapun asal dapat Ridlo Allah SWT. Saya ingat pula pesan Beliau sang Maha Guru Bangsa dan Tokoh Pluralisme KH. Abdurahman Wahid Al-Dakhil ( Gus Dur ) bahwa berjuang atau jadi pemimpin tidak harus menjadi pejabat melainkan bagaimana kita bisa berbuat untuk kemaslahatan masyarakat tadi. Pesan dua Tokoh Karismatik NU ini sepatutnya menjadikan pedoman bagi kita dalam memperjuangkan kemaslahatan masyarakat tanpa harus melihat untung rugi yang akan diperoleh. Mari kita mendobrak paradigma matrealisme tersebut dengan paradigma ke-Ikhlasan dalam berjuang dan mengabdi pada bangsa, Negara dan masyarakat tanpa harus memilih dan memilah karena alasan suku dan agama.


Dok. Erwin. 085731006027

jawatimur@live.com.


[1]. Penulis adalah: Wakil Ketua Ikatan Alumni Pondok Pesantren PPAI Ketapang, Anggota Tim 9

PT. PG Krebet Baru, Kepala Desa Putat Lor, Ketua PAC GP Ansor Gondanglegi dan Bendahara

PW PRTI Jawa Timur. www.ansorgdl.blogspot.com. Email: ansorgdl@gmail.com