Minggu, Desember 09, 2012

Istigotsah Akbar


Sabtu, 8 Desember 2012. Istigotsah bersama Ust. H.A Sholeh Anshar, Gus H. Ali Mustofa bin KH. Suyuti Dahlan (PP. Nurul Ulum Kacuk Malang), R-MA (Remaja Masjid) Jami' Gondanglegi, PAC GP Ansor Gondanglegi dan Majlis Maulid Wata'lim (MMWT) Hubbun Nabi.

Selasa, September 11, 2012

Pesan: KH Hasyim Asy’ari kepada Warga Nahdliyyin tentang Kesesatan Syiah

PENDIRI NU, KH Hasyim Asy’ari, sudah sejak lama mewanti-wanti agar kaum Nahdliyyin berpegang teguh dengan aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali) serta waspada dan tidak mengikuti Madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah.

Ini beliau tuangkan dalam Qanun Asasi. Beliau menyampaikan Hadits Rosulullah SAW, yang berbunyi:
“Apabila timbul fitnah atau Bid’ah, dimana Sahabat Sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia ketahui mengenai kesesatan Syi’ah). Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Alloh dan dari Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima oleh Alloh.”

Kemudian di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasi tersebut beliau juga berfatwa, bahwa Madzhab yang paling benar dan cocok untuk di ikuti di akhir zaman ini adalah empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (keempatnya Ahlussunnah Wal Jamaah).

Selanjutnya beliau berkata; “Selain empat Madzhab tersebut juga ada lagi Madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah, tapi keduanya adalah Ahli Bid’ah, tidak boleh mengikuti atau berpegangan dengan kata kata mereka.”

Adapun mengenai Assawadul A’dhom (golongan terbanyak) sebagai tanda golongan yang selamat dan akan masuk Surga, maka di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasi tersebut, KH Hasyim Asy’ari telah mengutip sabda Rosululloh SAW. sbb: “Ikutlah kalian kepada Assawadul A’dhom (Golongan terbanyak).”

Menanggapi Hadits Assawadul A’dhom tersebut, KH Hasyim Asy’ari berfatwa; “Karena fakta membuktikan bahwa empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (kesemuanya Ahlussunnah Wal Jamaah) tersebut merupakan Madzhab yang paling banyak pengikutnya, maka barang siapa mengikuti Madzhab empat tersebut berarti mengikuti Assawadul A’dhom dan siapa saja keluar dari empat Madzhab tersebut, berarti telah keluar dari Assawadul A’dhom.”

Dengan adanya fatwa fatwa tersebut diatas, jelas bagi kita bahwa KH. Hasyim Asy’ari sudah berusaha agar kaum Nahdiyyin berpegang teguh dengan empat Madzhab Ahlussunnah serta waspada dan tidak sampai terpengaruh dengan propaganda Syi’ah. [sa/islampos/satu islam]

Selasa, April 17, 2012

Siapakah Ahli bid’ah yang sebenarnya?????

Ahli bid’ah

Definisi ahli bid'ah adalah mereka yang melarang sesuatu yang tidak dilarangNya, mengharamkan sesuatu yang tidak diharamkanNya, mewajibkan sesuatu yang tidak diwajibkanNya atau mereka yang mencontohkan sesuatu di luar perkara syariat atau di luar apa yang telah disyariatkanNya atau diwajibkanNya yang bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadits.

Dalam melarang, mengharamkan, mewajibkan sesuatu digunakanlah metodologi istinbat (menetapkan hukum perkara) namun dilakukan bagi mereka yang mempunyai kompetensi sebagai Imam Mujtahid.

Kompetensi yang dibutuhkan untuk boleh menggali sendiri dari Al Qur’an dan As Sunnah adalah:

a. Mengetahui dan menguasai bahasa arab sedalam-dalamnya, karena al-quran dan as-sunnah diturunkan Allah dan disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam bahasa Arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu tinggi, pengertiannya luas dan dalam, mengandung hukum yang harus diterima. Yang perlu diketahui dan dikuasainya bukan hanya arti bahasa tetapi juga ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan bahasa arab itu seumpama nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’).

b. Mengetahui dan menguasai ilmu ushul fiqh, sebab kalau tidak, bagaimana mungkin menggali hukum secara baik dan benar dari al-Quran dan as-Sunnah padahal tidak menguasai sifat lafad-lafad dalam al-Quran dan as-Sunnah itu yang beraneka ragam seperti ada lafadz nash, ada lafadz dlahir, ada lafadz mijmal, ada lafadz bayan, ada lafadz muawwal, ada yang umum, ada yang khusus, ada yang mutlaq, ada yang muqoyyad, ada majaz, ada lafadz kinayah selain lafadz hakikat. Semua itu masing-masing mempengaruhi hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.

c. Mengetahui dan menguasai dalil ‘aqli penyelaras dalil naqli terutama dalam masalah-masalah yaqiniyah qath’iyah.

d. Mengetahui yang nasikh dan yang mansukh dan mengetahui asbab an-nuzul dan asbab al-wurud, mengetahui yang mutawatir dan yang ahad, baik dalam al-Quran maupun dalam as-Sunnah. Mengetahui yang sahih dan yang lainnya dan mengetahui para rawi as-Sunnah.

e. Mengetahui ilmu-ilmu yang lainnya yang berhubungan dengan tata cara menggali hukum dari al-Quran dan as-Sunnah

Ahli bid’ah adalah mereka yang menganggap Allah Azza wa Jalla telah lupa

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa kewajiban (ditinggalkan berdosa), maka jangan kamu sia-siakan dia; dan Allah telah memberikan beberapa larangan (dikerjakan berdosa)), maka jangan kamu langgar dia; dan Allah telah mengharamkan sesuatu (dikerjakan berdosa), maka jangan kamu pertengkarkan dia; dan Allah telah mendiamkan beberapa hal sebagai tanda kasihnya kepada kamu, Dia tidak lupa, maka jangan kamu perbincangkan dia.” (Riwayat Daraquthni, dihasankan oleh an-Nawawi)

Ahli bid’ah adalah mereka yang menyekutukan Allah sehingga Allah ta’ala menutup taubat mereka sampai mereka meninggalkan bid’ahnya.

Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda : “Sesungguhnya Allah menutup taubat dari tiap-tiap orang dari ahli bid’ah sehingga ia meninggalkan bid’ahnya.” (H. R. Thabrani)

Ahli bid’ah adalah mereka yang menyekutukan Allah oleh karenanya mereka akan bertempat di neraka

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, “Katakanlah! Tuhanku hanya mengharamkan hal-hal yang tidak baik yang timbul daripadanya dan apa yang tersembunyi dan dosa dan durhaka yang tidak benar dan kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak turunkan keterangan padanya dan kamu mengatakan atas (nama) Allah dengan sesuatu yang kamu tidak mengetahui.” (QS al-A’raf: 32-33)

Dalam hadits Qudsi , Rasulullah bersabda: “Aku ciptakan hamba-hambaKu ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaruhi supaya mereka mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan padanya.” (Riwayat Muslim)

Allah Azza wa Jalla berfirman, “Mereka menjadikan para rahib dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah“. (QS at-Taubah [9]:31 )

Ketika Nabi ditanya terkait dengan ayat ini, “apakah mereka menyembah para rahib dan pendeta sehingga dikatakan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah?” Nabi menjawab, “tidak”, “Mereka tidak menyembah para rahib dan pendeta itu, tetapi jika para rahib dan pendeta itu menghalalkan sesuatu bagi mereka, mereka menganggapnya halal, dan jika para rahib dan pendeta itu mengharamkan bagi mereka sesuatu, mereka mengharamkannya

Pada riwayat yang lain disebutkan, Rasulullah bersabda ”mereka (para rahib dan pendeta) itu telah menetapkan haram terhadap sesuatu yang halal, dan menghalalkan sesuatu yang haram, kemudian mereka mengikutinya. Yang demikian itulah penyembahannya kepada mereka.” (Riwayat Tarmizi)

Firman Allah ta’ala yang artinya,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.” (Qs. al-Mâ’idah [5]: 87).

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung” [QS. An-Nahl : 116].

Sedangkan perkara di luar perkara syariat atau di luar apa yang telah disyariatkanNya atau diwajibkanNya selama tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits, boleh dilakukan walaupun tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seperti Sholawat nariyah, sholawat badar, ratib Al Haddad, Maulid Barzanji, peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan acara yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits.

Hal yang harus sama dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah perkara syariat atau apa yang telah disyariatkanNya atau apa yang telah diwajibkanNya.

Segala perkara yang tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits adalah perkara baik.

Imam Mazhab yang empat yang bertalaqqi (mengaji) dengan Salaf Sholeh, contohnya Imam Syafi’i ~rahimahullah menyampaikan:

قاَلَ الشّاَفِعِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ -ماَ أَحْدَثَ وَخاَلَفَ كِتاَباً أَوْ سُنَّةً أَوْ إِجْمَاعاً أَوْ أَثَرًا فَهُوَ البِدْعَةُ الضاَلَةُ ، وَماَ أَحْدَثَ مِنَ الخَيْرِ وَلَمْ يُخاَلِفُ شَيْئاً مِنْ ذَلِكَ فَهُوَ البِدْعَةُ المَحْمُوْدَةُ -(حاشية إعانة 313 ص 1الطالبين -ج )

Artinya ; Imam Syafi’i ra berkata –Segala hal yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan menyalahi pedoman Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ (sepakat Ulama) dan Atsar (Pernyataan sahabat) adalah bid’ah yang sesat (bid’ah dholalah). Dan segala kebaikan yang baru (tidak terdapat di masa Rasulullah) dan tidak menyelahi pedoman tersebut maka ia adalah bid’ah yang terpuji (bid’ah mahmudah atau bid’ah hasanah), bernilai pahala. (Hasyiah Ianathuth-Thalibin –Juz 1 hal. 313)

Mereka yang telah menjadi korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi tanpa disadari mereka dapat terjerumus menjadi ahli bid’ah karena kesalahpahaman mereka tentang bid’ah sehingga mereka melarang atau mengharamkan sesuatu yang Allah ta’ala tidak turunkan keterangan padanya.

Sungguh kaum Zionis Yahudi telah berpaling dari kitab Taurat. Mereka mengajak manusia untuk masuk neraka karena mereka telah menjadi pengikut syaitan.

Tentang kaum Zionis Yahudi telah disampaikan dalam firman Allah ta’ala yang artinya

Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah) dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]: 101-102 )

Kita harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi sehingga suatu zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Abdurrahman dari Suhail dari ayahnya dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga kaum muslimin memerangi Yahudi lalu kaum muslimin membunuh mereka hingga orang Yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon, batu atau pohon berkata, ‘Hai Muslim, hai hamba Allah, ini orang Yahudi dibelakangku, kemarilah, bunuhlah dia, ‘ kecuali pohon gharqad, ia adalah pohon Yahudi’.” (HR. Muslim 5203)

Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz telah menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Yahudi.

King Faisal Al Saud bin Abdul Aziz at that time could not deny his family’s kindred with the jews when he declared to the Washington Post on Sept. 17, 1969 stating:

“We, the Saudi Familiy, are cousins of the Jews: we entirely disagree with any Arab or Muslem Authority which shows any antagonism to the Jews; but we must live together with them in peace. Our country (Arabia) is the fountain head from where the first Jew sprang, and his descendants spread out all over the world.”.

Terjemahan:

Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz pada saat itu tidak menyangkal keluarganya adalah keluarga dengan Yahudi sebagaimana yang dia ungkapan pada Washington Post pada 17 September 1969 yang menyatakan:

Kami, Keluarga Saudi, adalah saudara sepupu dari orang-orang Yahudi: kita sama sekali tidak setuju dengan penguasa Arab atau Muslim yang menunjukkan sikap permusuhan kepada orang Yahudi, tetapi kita harus hidup bersama dengan mereka dalam damai. Negara kami (arabia) adalah sumber awal Yahudi dan nenek moyangnya, lalu menyebar keseluruh dunia

Namun sepanjang riwayat penguasa dinasti Saudi, Raja Faisal bin Abdul Azis sajalah yang telah membuktikan syahadatnya dengan menjauhi laranganNya, dengan tidak menjadikan Amerika yang merupakan representatif kaum Zionis Yahudi sebagai teman kepercayaan, penasehat, ataupun sebagai pelindung.

Setelah resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan pendirian Israel, Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu ditolak.

Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran Faisal dilantik menjadi pemerintah sementara. Pada tanggal 2 November 1964, ia dilantik menjadi raja setelah Raja Saud di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.

Raja Faisal melakukan banyak reformasi sewaktu menjadi raja, diantaranya adalah memperbolehkan anak-anak perempuan bersekolah, televisi, dan sebagainya. Usahanya ini mendapat tentangan dari berbagai pihak karena perkara-perkara ini dianggap bertentangan dengan Islam. Ia berasa amat kecewa saat Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967.

Pada tahun 1973, Raja Faisal memulai suatu program yang bertujuan untuk memajukan kekuatan tentara Arab Saudi. Pada tanggal 17 Oktober 1973, ia menghentikan ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat yang menyebabkan harga minyak di Amerika Serikat melambung tinggi. Hal ini dilakukan untuk mendesak Amerika Serikat agar menekan Israel keluar dari wilayah Palestina.

Namun kenyataan yang “tampak” kemudian adalah pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal ditembak mati oleh anak adiknya, yaitu Faisal bin Musad. Beberapa analisa mengatakan pembunuhan ini ada dalam pengaturan kaum Zionis Yahudi.

Sedangkan para penguasa dinasti Saudi pada zaman sekarang tampak belum dapat membuktikan syahadat mereka karena mereka tidak mentaati larangan Allah Azza wa Jalla. Mereka telah menjadikan Amerika yang merupakan representatif kaum Zionis Yahudi sebagai teman kepercayaan, penasehat maupun pelindung.

Firman Allah Azza wa Jalla, yang artinya,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (QS Ali Imran, 118)

Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )

Sedangkan para ulama di wilayah kerajaan dinasti Saudi sangat taat kepada para penguasa dinasti Saudi. Mereka membiarkan kezaliman penguasa dinasti Saudi yang telah melanggar laranganNya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda: “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman” (HR Muslim 70)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Akan datang para penguasa, kalian mengenal mereka namun kalian mengingkari (perbuatan mereka), siapa yang tahu (kemungkarannya) hendaklah berlepas diri, dan barangsiapa mengingkari maka ia telah selamat. Tetapi bagi yang ridla dan mengikuti (pent- mereka berdosa), para sahabat langsung menyela, Bagaimana jika kita perangi saja? beliau menjawab: Tidak! Selama mereka masih shalat. (HR Muslim 3445)

Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu kelompok, yang di kelompok itu ada orang yang lebih diridhai Allah dari pada orang tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (HR. Hakim)

Penguasa kerajaan dinasti Saudi memaksakan kehendak kepada para ulama di sana untuk mengikuti pemahaman Muhammad bin Abdul Wahhab. Bahkan kurikulum pendidikan agama di susun bersama dengan Amerika yang merupakan representatif kaum Zionis Yahudi sebagaimana yang dapat diketahui dalam tulisan pada http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/02/03/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/

Ulama Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz yang mentashhihkan kitab biografi Ulama Muhammad ibnu Abdil Wahhab karya Syaikh Ahmad ibn Hajar al- Butami yang menyampaikan bahwa Wahhabi adalah pengikut ulama Muhammad bin Abdul Wahhab

- Di halaman 59 disebutkan : ﻓﻘﺎﻣﺖ ﺍﻟﺜﻮﺭﺍﺕ ﻋﻠﻰ ﻳﺪ ﺩﻋﺎﺓ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﻴﻦ “maka tegaklah revolusi di atas tangan para da’i Wahhabi”

- Di halaman 60 disebutkan : ﻋﻠﻰ ﺃﺳﺎﺱ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻓﻲ ﻣﻜﺔ “ atas dasar dari dakwah agama wahhabi di Mekkah” , ﻳﺪﻳﻨﻮﻥ ﺑﺎﻹﺳﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻲ , “mereka beragama dengan Islam atas Mazhab Wahhabi”

Kemudian pemahaman agama yang mengikuti pemahaman Muhammmad bin Abdul Wahhab diekspor ke negara-negara berpenduduk muslim dengan label “Salafy”

Contoh produk atau hasil pengajaran para ulama dari wilayah kerajaan dinasti Saudi yang merupakan korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi adalah seperti http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=l7hDianAq7U

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan babak-babak perjalanan sejarah sampai akhir zaman. Sekarang kita memasuki babak Mulkan Jabbriyyan, babak para penguasa memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya.

Tiga babak sebelumnya telah dilalui: (1) Babak An-Nubuwwah (Kenabian), lalu (2) Babak Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Sistem / Metode Kenabian), kemudian (3) Babak Mulkan ’Aadhdhon (Raja-raja yang menggigit).

Babak ketiga yang ditandai dengan tigabelas abad masa kepemimpinan Kerajaan Daulat Bani Umayyah, kemudian Kerajaan Daulat Bani Abbasiyyah dan terakhir Kekhalifahan Turki Utsmani

تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ (أحمد)

"Kalian akan mengalami babak Kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak kekhalifahan mengikuti manhaj Kenabian selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak Raja-raja yang menggigit,selama masa yang Allah kehendaki, kemudian babak para penguasa yang memaksakan kehendak selama masa yang Allah kehendaki, kemudian kalian akan mengalami babak kekhalifahan mengikuti manhaj Kenabian, kemudian Nabi diam." (HR Ahmad)

Dalam kitab hadits shohih Imam Muslim pada bab fitnah dan tanda kiamat.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Kalian akan memerangi jazirah arab lalu Allah menaklukkannya, setelah itu Persia lalu Allah menaklukkannya, kemudian kalian memerangi Romawi lalu Allah menaklukkannya, selanjutnya kalian memerangi Dajjal lalu Allah menaklukkannya. Kemudian Nafi' berkata: Hai Jabir, kami tidak berpendapat Dajjal muncul hingga Romawi ditaklukkan. (HR Muslim 5161)

Dari Hudzaifah bin Asid Al Ghifari berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu, beliau bertanya: Apa yang kalian bicarakan? Kami menjawab: Kami membicarakan kiamat. Beliau bersabda: Kiamat tidaklah terjadi hingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya. Beliau menyebut kabut, Dajjal, binatang, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam Shallallahu 'alaihi wa Salam, ya'juj dan ma'juj, tiga longsor; longsor di timur, longsor di barat dan longsor di jazirah arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka (HR Muslim 5162)

Berkata Ibnu Al Musayyib: telah mengkhabarkan kepadaku Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: Tidak akan terjadi hari kiamat hingga keluar sebuah api dari bumi Hijaz yang dapat menerangi leher seekor onta yang berada di Bushro. (kota di Syam, pent.) (HR Muslim 5164)

Dari Ibnu Umar ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda sementara beliau menghadap timur: "Ingat, sesungguhnya fitnah itu disini, sesungguhnya fitnah itu disini dari arah terbitnya tanduk setan." (HR Muslim 5167)

Sedangkan pada kitab Hadits Shohih Imam Bukhari pada bab fitnah

Dari Ibnu Umar mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah memanjatkan doa; Ya Allah, berilah kami barakah dalam Syam kami, ya Allah, berilah kami barakah dalam Yaman kami. Para sahabat berkata; 'ya Rasulullah, dan juga dalam Nejed kami! ' Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam membaca doa: Ya Allah, berilah kami barakah dalam Syam kami, ya Allah, berilah kami barakah dalam Yaman kami. Para sahabat berkata; 'Ya Rasulullah, juga dalam Najd kami! ' dan seingatku, pada kali ketiga, beliau bersabda; Disanalah muncul keguncangan dan fitnah, dan disanalah tanduk setan muncul (HR Bukhari 6565)

Informasi tentang Najd dapat kita ketahui dari hadits

Dari Sa'id bin Abu Sa'id bahwa dia pernah mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengirim pasukan berkuda ke negeri Najd, lantas mereka dapat menawan dan membawa seorang laki-laki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Utsal seorang tokoh penduduk Yamamah (HR Muslim 3310)

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengirim suatu pasukan menuju daerah Najd, sedangkan Ibnu Umar termasuk dalam prajurit tersebut. Lalu pasukan tersebut mendapatkan ghanimah yang banyak sehingga masing-masing dari mereka mendapatkan dua belas unta dan masih ditambah dengan satu unta lagi untuk setiap prajurit, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak merubah ketetapan tersebut (HR Muslim 3291)

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif Al Anshari bahwa Abdullah bin Abbas pernah mengabarkan kepadanya bahwa Khalid bin Walid yang di juluki dengan pedang Allah telah mengabarkan kepadanya; bahwa dia bersama dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menemui Maimunah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam -dia adalah bibinya Khalid dan juga bibinya Ibnu Abbas- lantas dia mendapati daging biawak yang telah di bakar, kiriman dari saudara perempuanya yaitu Hufaidah binti Al Harits dari Najd, lantas daging Biawak tersebut disuguhkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sangat jarang beliau disuguhi makanan hingga beliau diberitahu nama makanan yang disuguhkan, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak mengambil daging biawak tersebut, seorang wanita dari beberapa wanita yang ikut hadir berkata, Beritahukanlah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai daging yang kalian suguhkan! Kami lalu mengatakan, Itu adalah daging biawak, wahai Rasulullah! Seketika itu juga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat tangannya, Khalid bin Walid pun berkata, Wahai Rasulullah, apakah daging biawak itu haram? Beliau menjawab: Tidak, namun di negeri kaumku tidak pernah aku jumpai daging tersebut, maka aku enggan (memakannya). Khalid berkata, Lantas aku mendekatkan daging tersebut dan memakannya, sementara Rasulullah melihatku dan tidak melarangnya. (HR Muslim 3603)

Hufaidah binti Al Harits dari Najd saudara perempuan dari Khalid bin Walid yang di juluki dengan pedang Allah yang ayahnya memiliki tanah kebun membentang dari Makkah hingga Taif.

Kaum yang akan menimbulkan fitnah adalah dicirikan seperti Dzul Khuwaishirah at Tamimi al Najdi.

Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu Sa’id Al Khudriy radliallahu ‘anhu berkata; Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil. Kemudian ‘Umar berkata; Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan). (Karena sangat cepatnya anak panah yang dilesakkan), maka ketika ditelitilah ujung panahnya maka tidak ditemukan suatu bekas apapun, lalu ditelitilah batang panahnya namun tidak ditemukan suatu apapun lalu, ditelitilah bulu anak panahnya namun tidak ditemukan suatu apapun, rupanya anak panah itu sedemikian dini menembus kotoran dan darah. Ciri-ciri mereka adalah laki-laki berkulit hitam yang salah satu dari dua lengan atasnya bagaikan payudara wanita atau bagaikan potongan daging yang bergerak-gerak. Mereka akan muncul pada zaman timbulnya firqah/golongan. Abu Sa’id berkata, Aku bersaksi bahwa aku mendengar hadits ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan aku bersaksi bahwa ‘Ali bin Abu Thalib telah memerangi mereka dan aku bersamanya saat itu lalu dia memerintahkan untuk mencari seseorang yang bersembunyi lalu orang itu didapatkan dan dihadirkan hingga aku dapat melihatnya persis seperti yang dijelaskan ciri-cirinya oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR Bukhari 3341)

Telah menceritakan kepada kami Hannad bin As Sari telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari Sa’id bin Masruq dari Abdurrahman bin Abu Nu’m dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata; Ketika Ali bin Abi Thalib berada di Yaman, dia pernah mengirimkan emas yang masih kotor kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu emas itu dibagi-bagikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada empat kelompok. Yaitu kepada Aqra` bin Habis Al Hanzhali, Uyainah bin Badar Al Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al Amiri, termasuk Bani Kilab dan Zaid Al Khair Ath Thay dan salah satu Bani Nabhan. Abu Sa’id berkata; Orang-orang Quraisy marah dengan adanya pembagian itu. kata mereka, Kenapa pemimpin-pemimpin Najd yang diberi pembagian oleh Rasulullah, dan kita tidak dibaginya? maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab: Sesungguhnya aku lakukan yang demikian itu, untuk membujuk hati mereka. Sementara itu, datanglah laki-laki berjenggot tebal, pelipis menonjol, mata cekung, dahi menjorok dan kepalanya digundul. Ia berkata, Wahai Muhammad! Takutlah Anda kepada Allah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Siapa pulakah lagi yang akan mentaati Allah, jika aku sendiri telah mendurhakai-Nya? Allah memberikan ketenangan bagiku atas semua penduduk bumi, maka apakah kamu tidak mau memberikan ketenangan bagiku? Abu Sa’id berkata; Setelah orang itu berlaku, maka seorang sahabat (Khalid bin Al Walid) meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membunuh orang itu. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-orang yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka, bahkan mereka membunuh orang-orang Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahkan mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim 1762)

Kesimpulannya ciri kaum yang menimbulkan fitnah adalah seperti yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang artinya, "akan muncul suatu kaum dari umatku yang pandai membaca Al Qur`an. Dimana, bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1773)

Wassalam

Kang: Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830

Oleh Zon Jonggol di BUBARKAN P.B.N.U (PENYEBAR BID'AH NYESATKAN UMAT)

Jumat, Maret 02, 2012

Peta Arah Kiblat Lajnah Falakiyah PBNU



I. Dasar
Hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram (QS. Al-Baqarah : 144, 149, 150) yang didalamnya terdapat Ka’bah. Qiblat terletak antara masyriq dan maghrib (HR. At-Turmudzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abu Hurairah). Jelasnya al-bait (Ka’bah) adalah qiblat bagi orang yang sholat di Masjidil Haram; Masjidil Haram adalah arah qiblat bagi orang yang berada di Tanah Haram (Makkah); Tanah Haram (Makkah) adalah arah qiblat bagi penduduk dunia dari umatku yang berada di belahan dunia timur dan belahan dunia barat (HR. Al-Baihaqi dari Abu Hurairah).

II. Arah Qiblat yang benar
Secara geografis/astronomis kota Makkah yang menjadi arah qiblat penduduk dunia terletak pada 39o49’34” LU dan 21o25’21” BT. Qiblat ini dari Indonesia berada pada arah barat laut (barat serong ke kanan) dengan ukuran derajat bervariasi antara 21o – 27o sesuai dengan koordinat (garis lintang dan garis bujur) dari masing-masing daerah di Indonesia. Contoh: Banda Aceh (22o08’13”), Pontianak (22o44’37”), Palembang (25o36’33”), Jakarta (25o08’31”) dan Merauke (20o09’06”). Lebih jelasnya lihat peta arah qiblat.

III. Arah Qiblat yang salah
Arah ke barat bukanlah arah qiblat yang benar, karena tidak sesuai dengan realitas di lapangan. Menghadap ke arah barat berarti melenceng dari Makkah ke selatan di benua Afrika sejauh ribuan kilometer (lihat peta arah qiblat):

a. Semua wilayah Indonesia yang terletak pada Lintang utara 3o47’ dan seterusnya (ke utara), bila menghadap ke barat lurus dengan Negara Ethiopia.
Contoh: dari Banda Aceh (5o33’13” LU) menghadap ke barat lurus dengan Negara Ethiopia; Ini berarti dari Makkah melenceng ke selatan sejauh 1750 km.

b. Semua wilayah Indonesia yang terletak pada 4o39’ LS sampai 3o47’ LU, bila menghadap ke barat lurus dengan Negara Kenya.
Contoh :
1. Dari Pontianak (Katulistiwa) menghadap ke barat lurus dengan Negara Kenya; Ini berarti dari Makkah melenceng ke selatan sejauh 2367 km.
2. Dari Palembang (2o59’27” LS) menghadap ke barat lurus dengan Negara Kenya; Ini berarti dari Makkah melenceng ke selatan sejauh 2697 km.

c. Semua wilayah Indonesia yang terletak pada 4o39’ LS dan seterusnya (ke selatan), bila menghadap ke barat lurus dengan Negara Tanzania (Lautan).
Contoh :
1. Dari Jakarta (6o10’31” LS) menghadap ke barat lurus dengan Lautan Negara Tanzania; Ini berarti dari Makkah melenceng ke selatan sejauh 3049 km.
2. Dari Merauke (8o28’53” LS) menghadap ke barat lurus dengan Lautan Negara Tanzania; Ini berarti dari Makkah melenceng ke selatan sejauh 3305 km.

IV. Mengukur Qiblat
Dewasa ini mengukur qiblat tidaklah sulit, alat untuk mengukur qiblat antara lain menggunakan tongkat Istiwa’, Theodolite dan Roshdul Qiblat.
Roshdul qiblat adalah peristiwa matahari benar-benar di atas Ka’bah, sehingga segala sesuatu yang berdiri tegak bayangannya menuju Ka’bah. Roshdul Qiblat terjadi setahun sebanyak 2 kali: Mei dan Juli.

V. Isu Pergeseran Arah Qiblat
Isu pergeseran arah qiblat akibat gempa/tsunami menurut penelitian Litbang LF PBNU tidaklah benar, kalaupun ada masjid/musholla arah qiblatnya kurang tepat, hal ini tidak lebih dari pengukuran arah qiblat yang tidak akurat saat dimulainya pembangunan. Kesalahan ini cukup diperbaiki dengan meluruskan garis shaf sholat, tidak perlu dengan cara membongkar bangunannya.

Untuk melihat gambar/peta dengan ukuran lebih besar klik http://www.nu.or.id/oneMODUL/viewPhoto.php?bhs=id&idPhoto=1797

Redaktur: A. Khoirul Anam

Selamat atas terbentuknya Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) 2012 - 2017.


Jakarta, NU Online - Struktur kepengurusan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU) masa khidmat 2012 - 2017 resmi terbentuk. Selain sebagai ajang silaturahmi, ISNU juga diharapkan bisa menjadi wadah sarjana NU berkembang sesuai dengan latar belakang pendidikannya masing-masing.

Pembentukan kepengurusan dilakukan dalam rapat di ruang kerja Ketua Umum PBNU, dengan dihadiri Ketua Umum PP ISNU terpilih hasil kongres di Lamongan, Dr. H. Ali Masykur Musa, SH, M.Si, M.Hum dan formatur bentukan, Kamis (1/3). Rapat dipimpin oleh Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj dan Sekjend PBNU H. Marsudi Syuhud.

Rois Aam PBNU KH. Sahal Mahfudh dan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj ditempatkan sebagai pelindung kepengurusan PP ISNU, sementara Wakil Ketua Umum PBNU Dr. H. As'ad Said Ali ditempatkan sebagai Ketua Dewan Penasehat.

Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD,SH, SU dalam kepengurusan PP ISNU ditempatkan sebagai Ketua Dewan Kehormatan, sedangkan Ketua DPR RI Dr. Marzuki Ali, MM sebagai Ketua Dewan Ahli.

Kepengurusan PP ISNU ini sengaja menempatkan sejumlah orang dengan berbagai latar belakang, termasuk partai politik yang berbeda-beda. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan keberadaan kader NU yang tersebar di berbagai posisi penting di Indonesia.

"Tidak pandang bulu latar belakang politiknya, siapa yang berpeluang kami masukkan," tegas Kiai Said seusai rapat.

Kiai Said juga menegaskan, keberadaan sejumlah orang dengan berbagai latar belakang politik justru untuk mempertegas khitah 1926 yang menyatakan NU tidak berpolitik praktis. "Kita tunjukkan NU tidak berpolitik. Selama ini banyak sarjana NU yang belum nyambung, sekarang kami ingin PP ISNU jadi ajang silaturahmi untuk mereka mengembangkan diri," pungkasnya tegas.


STRUKTUR KEPENGURUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA MASA KHIDMAT 2012 – 2017


PELINDUNG
1. Dr. KH M AM Sahal Mahfudh
2. Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA


DEWAN PENASEHAT
Ketua : Dr. H As’ad Said Ali
Wakil Ketua : Drs. H Taufikurrahman Ruki, SH
ANGGOTA DEWAN PENASEHAT
1. Dr. Idrus Marham
2. Drs. H Suryadharma Ali, M.Si
3. Drs. H A Muhaimin Iskandar, M.Si
4. Drs. Choirul Anam
5. Yenni Arifah Chafsoh Wahid, MPA
6. Prof. Dr. Ahmad Mubarok
7. Dra. Khofifah Indar Parawansa, M.Si
8. Drs. H Ahmad Bagdja


DEWAN KEHORMATAN
Ketua : Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD,SH, SU
Wakil Ketua : Dr. Arief Mudatsir Mandan
ANGGOTA DEWAN KEHORMATAN
1. Dra. Sinta Nuriyah Wahid, M.Hum
2. Prof. Ali Maschan Musa, M.Si
3. Dr. H Oesman Sapta Odang
4. Hasan Bisri, SE, MM
5. Prof. Dr. H Nasruddin Suyuti
6. Dr. Mundzier Suparta
7. Dr. Mochsen Al-Idrus, MM
8. Dr. Hj. Ratu Atut Chosiyah
9. Dr–Ing. H Fauzi Bowo
10. Ir. Djan Faridz
11. Drs. Muhyidin Arubusman
12. Ir. Helmy Faisal Zaini
13. Dr. Endang Turmudzi


DEWAN AHLI
Ketua : Dr. Marzuki Ali, MM
Wakil Ketua : Prof. Mohammad Nuh, DEA
ANGGOTA DEWAN AHLI
1. Prof. Nasarudin Umar
2. Prof. Musdah Mulia
3. Dr. Burhanuddin Abdullah
4. Prof. Dr. Alwi Shihab
5. Prof. Dr. Rochmin Dahuri
6. Prof. Dr. Khoirul Anwar
7. Prof. Dr. Rachmad Wahab
8. Prof. Dr. Ahmad Shodiqy
9. Prof. Dr. Masykuri Abdillah
10. Prof. Dr. J Sayuti Pulungan
11. Dr. H Mafri Amir
12. Dr. Fadhilah Suralaga
13. Prof. Sonhaji Shaleh
14. Prof. Rochmat Romdhoni
15. Prof. Aboe Amar Joesoef
16. Prof. Dr H Nizwardi Jalinus M.ed. Ed.D
17. Prof. Dr. Ainun Na’im
18. Prof. Dr. H Achmadi Isa, MA
19. Prof. Dr. H Achmad Sukarja
20. Dr. M Hasan, P.Hd
21. Prof. Dr. Abdul Halim Soebahar
22. Prof. Dr. Arif Amrullah
23. Prof. Dr. Gumilar Roesliwa Soemantri
24. Prof. Dr. Yudian
25. Imam Anshary Saleh, SH, MH
26. Drs. Muzayyin Mahbub, M.Si
27. Prof. Dr. Helmi, M.Sc
28. Prof. Joni Wahyudi
29. Dr. Zulkifli
30. Drs. Nugraha, SP, M.Si
31. Dr. Zainal Abidin
32. Afif Hasbullah, SH, M.Hum, M.Ag
33. Dr. Endin AJ Soefihara, MMA
34. Dr. Effendi Choiri
35. Dr. Ir. Kardaya
36. Dr. Hermanto Dardak
37. Prof. Dr. Ali Ghufron
38. Prof. Dr. H Dedi Djubaedi, M.Ag
39. Prof. Dr. H Makmur Syarif, SH, M.Ag
40. Prof. Dr. Ir. Ahmad Jazidi
41. Prof. Dr. Ir. H Usman Rianse, M.S
42. Prof. Dr. H Salmadanis, MA
43. Dr. H Syafrudin
44. Dr. Amir Rusdi, M.Pd
45. Dr. Mat Syuro, M.Si
46. Anas Saidi, MA, PH.d
47. KH Masdar F Mas’udi, MA
48. Prof. DR. Dr. H Akmal Taher, Sp.B
49. dr. H Syahrizal Syarief, MPH., Ph.D




PENGURUS PUSAT HARIAN
Ketua Umum : Dr. H Ali Masykur Musa, SH, M.Si, M.Hum
Wakil Ketua Umum : Drs. Nurudin Wahid
1. Ketua : Dr. Bahrullah Akbar, MBA
2. Ketua : Dr. Muliawan D Haddad
3. Ketua : Dr. Ahmad Yani Basuki
4. Ketua : Fajrul Falakh, SH, MA , M.Sc
5. Ketua : Dr. Dewi Ariani, M.Si
6. Ketua : Drs. Suaedi D Pranoto
7. Ketua : Hasyim Asy’ari, SH, MH
8. Ketua : Ir. Mohammad Koderi, MT
9. Ketua : Drs. Khaerudin
10. Ketua : Choirul Sholeh, SE, M.Si
11. Ketua : Drs. Ilham Zubair, M.Si
12. Ketua : Prof. Dr. Danes Jaya Negara, M.Sc
13. Ketua : Dr. Rukmina Gonibala, M.Si
14. Ketua : Dra. Hasnah Aziz, SH, M.Pd
15. Ketua : Dra. Badriyah Fayumi
16. Ketua : Dr. Lukman LK Umafagur, S.Hut, M.Si
17. Ketua : Periansya, SE, MM
18. Ketua : Sayyid Muhammad Al-Hasni
19. Ketua : Dr. Ir. Udoro Anggoro
20. Ketua : Drs. H Enthus Asmawi Mukson, MM
21. Ketua : Prof. Dr. Nursyam, M.Si
22. Ketua : Dr. Ir. Irnanda Laksanawan, M.Sc
23. Ketua : Drs. Khotibul Imam Wiranu
24. Ketua : Dipl., Ing. Wiku Wardana
25. Ketua : Dr. Berly Martawardaya
26. Ketua : Prof. Dr. Firmansyah
27. Ketua : Ahmad Syauqi, SH, M.Hum
28. Ketua : Drs. Nur Hasan, M.Si
29. Ketua : Dr. Mahmud Syaltout
30. Ketua : Dr. Muchlis Hanafi
31. Ketua : Robikin Emhas, SH, MH
32. Ketua : Dr. Sus Eko Zuhri Ernada
33. Ketua : Fahmi Subandono Matori, SE
34. Ketua : Dr. Maria Ulfa Anshor, MA
35. Ketua : Lukman Hakim (Garuda)

Sekretaris Jendral : Drs. Muhammad Khalid Syeirazi, M.Si
1. Wakil Sekretaris Jendral: Drs. Khudlori Farabi
2. Wakil Sekretaris Jendral: Muhibuddin S. Fil
3. Wakil Sekretaris Jendral: Ismail Cawidu
4. Wakil Sekretaris Jendral: Drs. Susono Yusuf
5. Wakil Sekretaris Jendral: Drs. Hery Azumi
6. Wakil Sekretaris Jendral: Rahmi Meldayati, S.Th.I
7. Wakil Sekretaris Jendral: Dr. H M Ishom Yusqi, MA
8. Wakil Sekretaris Jendral: Ahmad Andy Wibowo, S.Sos, M.Si
9. Wakil Sekretaris Jendral: Rihab Fariz Said Aqil, M.Psi
10. Wakil Sekretaris Jendral: Nur Habibi Ihya’
11. Wakil Sekretaris Jendral: Syarli Mubaraq, SE, Akt
12. Wakil Sekretaris Jendral: Dr. Nur Munir
13. Wakil Sekretaris Jendral: Ujang Nurjaman, S.Sos, M.Ag
14. Wakil Sekretaris Jendral: Drs. Asril Naska, M.Ag
15. Wakil Sekretaris Jendral: M Munir, MA


Bendahara Umum : Ir. Ferry Setiawan
1. Bendahara : Drs. M Purnomosidi
2. Bendahara : Dr. H Ifan Haryanto
3. Bendahara : Habil Marati, SE
4. Bendahara : Bambang Adhiyaksa, SH
5. Bendahara : Drs. Nur Khasan
6. Bendahara : Gatot Priyo Utomo
7. Bendahara : Muhammad Rouf, SE
8. Bendahara : Imam Subkhi, MA
9. Bendahara : Arief Sanjaya, SE, MM, Ak

Penulis: Emha Nabil Haroen

Kamis, Maret 01, 2012

INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI ROOJI'UUN

JAKARTA (gp-ansor.org)– Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Jajaran Banser NU mengaku merasa kehilangan menyusul berpulangnya KH Abdullah Faqih (Kiai Langitan) ke rahmatullah pada Rabu (29/2) pukul 18.50 WIB. Kabar duka juga terpampang secara resmi melalui situs resmi Podok Pesantren Langitan yakni langitan.net.

“Almarhum merupakan sosok yang kharismatik,” ujar Ketua Banser NU, Avianto Muhtadi kepada Republika.

Di mata jajaran Banser, ujar Avianto, pimpinan Ponpes Langitan berusia 84 tahun sangat dihormati. Ponpes Langitan merupakan salah satu pondok yang sudah lama berdiri dan cukup disegani.

Almarhum yang sempat dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo ini semasa hidupnya banyak memberikan pelajaran terutama menyangkut moral. “ Kami merasa sangat kehilangan,” ujarnya.

sumber : REPUBLIKA.CO.ID


Jalur pantura widan, Tuban ini menjadi lautan manusia karena dipadati ribubuan peziarah KH. Abdullah Faqih

seputartuban.com- Puluhan ribu jamaah mengiringi prosesi pemakaman KH. Abdullah Faqih, Pengasuh Ponpes Langitan, Widang, Tuban ke tempat peristirahatan terakhirnya pada kamis siang,(1/2/2012)

Berdasarkan pantauan seputartuban.com, para jamaah yang memadati kompleks Ponpes Langitan siang itu datang dari berbagai penjuru wilayah Indonesia, bahkan ada sebagian Warga Negara Asing seperti Malaysia dan Singapura, Thailand dan Timur Tengah.

Para pelayat yang datang dari berbagai komponen masyarakat itu seperti Habib, kiai, pejabat pemerintah dari tingkat pusat, Profinsi hingga daerah, kalangan artis ibu kota, Polisi, Politisi hingga ribuan alumnus dan masyarakat luas berjubel dikawasan Ponpes yang berada di perbatasan Tuban-Lamongan ini.

Didalam kompleks Ponpes tepatnya mushola, terlihat antrian panjang untuk agar peziarah dapat sholat jenazah mbah faqih. Bahkan menurut penuturan santri dalem (santri rumah kiai) sudah ratusan kali shalat jenazah dilaksanakan dengan jamaah dan imam shalat yang berbeda.

“tidak tau mas, yang jelas sudah ratusan kali shalat jenazah ini dilaksanakan, dengan jamaah dan imam yang berbeda .” ungkap salah satu santri dalem pondok langitan.

Selain itu, yang menjadi imam shalat jenazah adalah kyai-kyai sepuh kota Tuban. Dan tokoh-tokoh agama yang dulu menjadi santri maupun rekan KH. Abdullah Faqih seperti KH. Abdurrahman-panyuran, KH. Kholilurrahman Tuban dan kyai-kyai lain yang datang dari penjuru daerah seperti Jombang, Bojonegoro, Pasuruan, Blitar, dan beberapa kota lain yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Diluar area kompleks Ponpes, puluhan ribu jamaah memadati jalan menuju kepemakaman sehingga menimbulkan kemacetan yang panjang. Mereka membaca tahlil dan berharap untuk bisa turut mengangkat keranda.

Namun saat jenazah diberangkatkan sekitar pukul 13.45 WIB menuju makam umum makam umum Dusun Mandungan, Desa Widang yang hanya berjarak beberapa meter dari Ponpes. Pengawalan ketat datang dari para santri dan anggota keamanan sebagai antisipasi merangseknya jamaah yang ingin turut serta mengangkat keranda jenazah.

Sedangkan jamaah lain terus memekikkan takbir sembari mengiringi kepergian jenazah. Namun langkah mereka terhenti karena saat jenazah memasuki kompleks pemakaman anggota keamanan pondok dan dan beberapa santri Mbah Faqih menghalangi para jamaah agar tidak masuk serta ke kompleks pemakaman agar lokasi tetap terjaga keamananya.

TUBAN- Kabar meninggalnya pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, KH Abdullah Faqih (82), Rabu (29/2) malam langsung menggema. Kamis (1/3) pagi, ribuan pelayat sudah berjubel areal pondok yang lokasinya berada di tepi jalan poros Surabaya - Tuban. Sedangkan para santri yang mondok di Ponpes tersebut berkumpul di aula pondok sembari membaca doa.

Jenazah akan dimakamkan hari ini usai salat dzuhur—sekitar pukul 12.00-- di makam keluarga Ponpes Langitan Tuban. Arus lalu lintas dari arah Surabaya-Lamongan menuju ke Tuban via Widang pun macet hingga sekitar 2 kilometer.

Salah seorang warga Babat, Lamongan, Faturrohim, mengatakan begitu mendengar kabar meninggalnya salah seorang kiai kharismatik ini, warga sekitar dan para alumni Ponpes Langitan langsung berdatangan. Mereka ingin ikut memberikan penghormatan terakhir."Sejak selesai Isya tadi pondok langsung ramai oleh pelayat," terangnya.

Beberapa tamu dari kalangan pejabat dan ulama juga telah datang. Diantaranya KH. Jainuddin, Pengasuh Ponpes Ploso, Kediri dan Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf. Sumber di Ponpes Langitan menyebutkan, hingga pagi tadi sholat jenazah sudah dilaksanakan sebanyak tujuh gelombang.

Sekadar diketahui, Kiai Faqih—begitu sapaannya-- mengembuskan nafas terakhir di kediamannya, Ponpes Langitan sekitar pukul 18.30 kemarin.

Menurut putranya, KH. Ubaidillah Faqih (Gus Ubed) ayahnya meninggal setelah sekitar empat bulan menderita penyakit stroke ringan. Bahkan, dua bulan sebelumnya beliau sempat menjalani perawatan di Graha Amerta, RSUD dr Soetomo, Surabaya. “Dan dua bulan terakhir, abah minta menjalani rawat jalan di rumah saja,” ujarnya pagi tadi.

Menurut dia, penyakit stroke ringat yang menyerang kiai kharismatik itu lantaran sebelumnya beliau sempat terjatuh. Namun karena kondisinya terus membaik setelah menjalani perawatan di Graha Amerta,maka beliau hanya menjalani rawat jalan di rumah.

Meski terkenal tak suka publikasi, tapi nama Kiai Faqih mencuat menjelang Sidang Umum MPR 1998, terutama berkaitan dengan pencalonan Gus Dur sebagai presiden. Saat itu, suara kalangan nahdliyin (warga NU,Red) terbelah, ada yang mendukung pencalonan Gus Dur dan ada yang menolak.

Dalam situasi seperti itu, sejumlah kiai sepuh NU mengadakan pertemuan di Langitan, sehingga muncul istilah ‘Poros Langitan’ yang fatwanya sangat berpengaruh pada pencalonan Gus Dur.

Pesan Kiai Abdullah Faqih untuk Gus Dur itu dibawa KHA Hasyim Muzadi (mantan Ketua Umum PBNU). Pesannya, "Kalau memang Gus Dur maju, ulama akan mendoakan". Restu Kiai Faqih itu membuat Gus Dur meneteskan air mata dan memeluk KHA Hasyim Muzadi.

Dia juga terkenal sebagai ‘Juru Damai’. Untuk kepentingan masyarakat itulah, Kiai Faqih pernah meminta Gus Dur mencium tangan pamannya KH Yusuf Hasyim yang saat itu berseberangan dengannya. Tidak jauh dari itu, Kiai Faqih jugalah yang mengajak Gus Dur dan KHA Hasyim Muzadi untuk bersalaman ketika keduanya "bermasalah".

Sikap Kiai Faqih yang suka damai itu diakui Ketua Umum DPP PKNU H Choirul Anam yang akrab disapa Cak Anam. "Almarhum mengatakan kamu ke sini (meminta untuk mendekat). Beliau meminta saya untuk berjuang terus. Saya izinkan kamu, saya ridhoi, kamu berjuang terus, jangan khilaf, ajak bersatu semua kawan," kata salah seorang tokoh Ansor NU Jatim yang dikenal sebagai ‘orang dekat’ Kiai Abdullah Faqih itu.

Hal senada juga diungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa. Ia mengatakan, Indonesia kehilangan salah satu tokoh penyangga kekuatan spiritual dengan wafatnya KH Abdullah Faqih.

"Kiai Faqih merupakan salah satu penyangga kekuatan spiritual bangsa Indonesia. Saat negara mengalami berbagai krisis, beliau menggerakkan istighatsah dan berbagai wirid atau amalan keagamaan untuk memohon pertolongan Allah," katanya.

Terpisah Effendi Choirie, salah satu santri Kiai Faqih, menyatakan gurunya ini sebenarnya tidak terlibat langsung dalam politik. Kiai Faqih berperan sebagai penyokong atau Gus Choi mengistilahkan sebagai back up."Dulu membantu di Partai NU, PPP, PKB, dan akhirnya ketika PKB ribut-ribut, ikut berperan mendirikan partai baru lagi," kata Gus Choi yang sampai kini masih bertahan di PKB itu."Kalau tanpa restu beliau, PKNU tak berdiri," kata Gus Choi.

Sementara, Gubernur Jawa Timur Soekarwo menuturkan, Kiai Faqih merupakan ulama khos atau utama yang jadi panutan ulama lain. Kiai Faqih juga merupakan tokoh nasional yang dibutuhkan negara pemikirannya."Beliau menjadi panutan Nahdlatul Ulama dalam menjaga ahlus sunah waljamaah di Indonesia, dan menjadi rujukan internasional. Beliau berperan membawa Jatim aman dan tentram. Kami atas nama masyarakat Jawa Timur menyampaikan Innalillahi waina ilaihi roji’un," papar Soekarwo.md5,ant

Sumber: http://www.surabayapost.co.id/